:: Derawan....oohh...Derawan (Part II)::


21 August 2012 - Kecewa

Pagi jam 6, Chandi sudah menggedor-gedor setiap pintu kamar...."MORNING CALL....BANGUN!! MORNING CALL!!" sambil tertawa cekikikan...

Chandi sungguh sangat bernafsu untuk memulai aktivitas diving kami hari ini.

Akibat gedoran Morning Call dari Chandi, kami semua terbangun dengan sukses.

Hari ini kami juga akan kedatangan peserta tambahan dari Jakarta, yaitu Dewi Mersi. Karena kemarin siang, gue telah menerima pesan informasi dari Agus Kojack (salah satu teman Instructor yang sekarang tinggal di Balikpapan), yang mengatakan bahwa Dewi akan tiba di Derawan, besok.
Tadi malam, gue sempat bertanya kepada Bayu, apakah memungkinkan jika ada tambahan peserta? Karena sejak sebulan lalu, Bayu sudah mengatakan bahwa peserta maximum hanya 16 saja, karena masalah dengan penginapan yang penuh. Namun menurut Bayu malam ini, masih memungkinkan karena ternyata ada beberapa tamu Cottage yang pagi ini check-out.
Kemudian setelah gue berbicara langsung dengan Dewi kemarin, tampaknya dia sangat bersemangat untuk ikut bersama kami dan mengatakan bahwa dia rencananya akan membawa satu lagi temannya dari Jakarta. Jadi dengan tambahan ini, jumlah peserta menjadi 18 pax.
Kedai Mamamimi Goes to Derawan *teteeuupp iklaaann* ha ha ha ha
Lalu gue memberikan informasi mengenai kondisi yang ada saat ini kepada Dewi. Kemudian gue menyerahkan Dewi kepada Bayu, agar nanti Bayu yang akan langsung membantu untuk urusan hotel, kedatangan dan lain sebagainya.
Selesai kami berberes, kami pun berkumpul di ruang makan Cottage untuk sarapan sambil menunggu kapal untuk berangkat. Gue sempat bertemu dengan Bayu pagi itu, tapi dia terlihat tampak sedang terburu-buru mau mengantarkan tamu-tamu yang lain, kembali ke Berau (or Tarakan? I don't really know).
Gue sekilas sempat bertanya kepada Bayu, "Kapalnya mana Mas? Udah ready?", lalu Bayu menjawab, "Iya Mbak....itu lagi di urus sama Mas Budi. Nanti urusannya sama dia ya", lalu dia cabut berangkat dengan Speed Boat.
Tidak lama kemudian, Budi datang menghampiri kami, dan mengatakan bahwa rute diving hari ini akan di rubah ke Sangalaki, karena pagi ini dia mendapat berita, bahwa Maratua sedang tidak bagus arus lautnya.
Lalu gue, Jupri dan Agnes juga sempat meminta untuk menyewa alat-alat selam kepada Budi, karena kami bertiga tidak membawa beberapa alat, dengan alasan, karena malas membawa terlalu banyak barang berat dari Jakarta.
Jupri menyewa Fins, Agnes menyewa Regulator-BCD-Fins, sedangkan gue menyewa BCD.
Kemudian kami di minta untuk menunggu sampai ada informasi lain sambil menanti kapal serta tabung yang siap untuk berangkat. Lalu dia menghilang. Kami kembali menunggu dengan sabar.
Lama kemudian, Budi datang lagi, dan mengatakan bahwa rute kembali di rubah ke Maratua. Dan dia kembali menghilang bersama diveguide yang lain. Kami kembali menunggu lagi.
Sekitar jam 9an, kami mulai tidak sabar menunggu.
Ketika Budi datang lagi, kami menanyakan, jam berapa mau berangkat. Budi bilang, sebentar lagi, karena ternyata tabung belum selesai semua dan kapal belum siap.
Gue sudah mulai bete. Tahu bakalan berangkat siang begini, ngapain gue mesti bangun pagi?? Mending gue tidur puas dulu deh. Teman-teman yang lain juga tampak mulai resah.
Akhirnya, sekitar jam 10.30an, kapal diving kami tiba di Dermaga. Ternyata yang datang adalah sebuah kapal kayu kecil dengan 1 mesin dan bukan Boat besar ataupun Speed Boat.
Begitu melihat kapalnya....gue langsung kaget.
Heih?? Ini kapal kecil mana muat buat kita semua??? Kapal yang seharusnya di isi hanya untuk 10 diver maximum, akan di isi dengan 16 diver?? Gilaaa juga nih...
Tapi karena kami semua sudah keburu bernapsu untuk memulai diving, dan sudah kelamaan menunggu jadi kami semua langsung naik ke kapal kayu kecil itu.
Ternyata rute hari ini kembali di rubah ke Sangalaki. Hadeeehhh……

Di dalam kapal, gue sempat menanyakan kepada Budi, kenapa kami tidak di berikan Form Diver Liability yang seharusnya kami terima dan kami isi dari pihak Dive Centre. Budi mengelak, katanya itu urusan dari Pak Haji (a.k.a pemilik Cottage yang ternyata sedang pergi kondangan pagi itu).  Dan alhasil sampai kami pulang ke Jakarta pun, form tersebut tidak pernah nongol dan tidak pernah di berikan kepada kami…

Lalu perjalanan panjang menuju Sangalaki pun terlaksana. Dengan terseok-seok, kapal kayu itu berjalan dengan muatan beban yang berlebihan berisi 16 diver, 3 diveguide (awalnya), seluruh gear bag kami, dan tabung-tabung yang berjumlah puluhan.

Kapal kayu itu berlayar hampir setengah tenggelam dan miring-miring sangat curam, karena keberatan beban. Namun karena hari ini adalah hari pertama kami mulai diving, jadi kami masih belum terasa terganggu……….yang penting DIVING!! :D

Karena kami berangkat terlalu siang, maka kami tiba di site Sangalaki sekitar jam 1 lewat. Begitu kami bersiap-siap untuk setting alat dan gear-up, baru kami mulai terasa kesempitan di kapal itu. Semuanya kacau balau.

BCD, Tabung, Regulator, Fins, orang yang mondar-mandir, gear bag, kotak peralatan, sandal semuanya mulai bertumpuk jadi satu karena kekurangan space. Sungguh chaos di kapal itu.
Kapal kayu kami yang mungil
Bambang merenung:  Gimana caranya gue mau setting alat ya? BCD gue yang mana nih? Aaahh....gue buka toko dive shop aja kali ya, lumayan nih gue jualin...
Tapi kami masih tetap berusaha untuk mengurus alat masing-masing.

Tanpa ada briefing karena kesempitan tempat, akhirnya kami satu persatu turun ke laut. Di karenakan tempat yang sempit dan karena kami turun satu-satu, jadi kami yang sudah turun ke laut, sempat lama terkatung-katung menunggu di tengah-tengah ombak permukaan laut, sambil berpegangan dengan tali.

Bayangin aja…..16 diver plus 3 diveguide yang harus turun satu-satu……..kayaknya belum sempat berlama-lama di dalam laut, kulit kami sudah tampak keriput duluan karena kedinginan.


Dive Point I: Manta Parade – Sangalaki, 100 bar, 55 menit.
Sebelumnya menurut Budi, kali ini kita akan melakukan check dive dulu di sini. Katanya lagi arus disini tenang dan di point ini kami bisa melihat Manta. Jadi kami sangat bersemangat untuk turun dan berburu Manta. 

Ketika kami turun ke dalam laut…………………………..jangankan si Manta……ibunya Manta aja kita gak ngeliat. Cuma ada sekilas bayangan yang di lihat oleh beberapa anak, dan itu pun hanya bayangan.

Waktu turun dive pertama kami ini, visibility tidak begitu bagus. Kami semua yang ada di dalam laut, bertebaran bersama Buddy nya masing-masing, karena tidak di buat group. Jadi semua turun bersama dan jadi satu kemudian mencar-mencar.

Lucu banget kalo mengingat hari itu. Gue sampai gak tahu siapa yang ada di depan gue, di samping gue, dan di belakang gue. Kusut!

Dive point juga ndak terlalu bagus. Ndak ada yang bisa di lihat kecuali ikan-ikan standard yang kadang-kadang muncul.

Begitu kami selesai dive pertama, sambil makan siang, semua orang mencari singgasana masing-masing di dalam kapal. Ada yang duduk di pinggir kapal, duduk di belakang kapal, di dalam ruangan Nahkoda bahkan ada yang di atas atap kapal. Penuh! *ngelap keringet*

Gue sudah merasa terganggu dengan hal ini. Dan berencana untuk segera berbicara dengan Bayu setelah kami kembali ke Derawan nanti.


Dive Point II: Mantaran Point – Sangalaki, 130 bar, 47 menit.
Di point ini juga tidak ada yang kita lihat. Bentuknya hanya Slope yang di isi pasir di mana-mana.

Penduduk lautnya sepi….gak ada apa-apa. Sangking bosennya, kita malah ngobrol-ngobrol di dalam laut dengan memakai slate Ican dan Nabir. Ada yang bilang…”Ngeliat apaan nih disini?”, “Gak ada apa-apa” bahkan ada yang nulis, “Bagusan Sanghyang”……….di dalam laut kita cuma saling cekikikan ngebaca komen-komen dari anak-anak, sangking gak ada kerjaannya.
Di karenakan kami berangkat terlalu siang tadi, maka setelah dive kedua ini, waktu sudah menunjukkan hampir jam 5 sore. Jadi akhirnya Budi bilang, kita harus kembali ke Derawan, karena sudah tidak punya waktu lagi untuk diving yang ke 3.

Kami semua akhirnya terpaksa setuju, karena mengingat jarak tempuh yang panjang, kapal yang kepenuhan dan waktu yang sudah tidak memungkinkan.

Sunset di Sangalaki 
Yang membuat gue KECEWA hari ini adalah:
1.     Keberangkatan yang terlalu siang
2.     Kapal yang kekecilan, kepenuhan dan berjalan terlalu lambat.
3.     Koordinasi diveguide yang tidak bagus
4.     Box makan siang yang tidak menyenangkan
5.     Site-site yang tidak terlalu bagus.
6.     Hanya 2 kali dives yang bisa kami lakukan hari ini karena kesorean.
Kami tiba di Derawan malam hari sekitar jam 7. Letih. Bosan. Kedinginan. Semuanya jadi satu.

Begitu sampai di Cottage, gue langsung mengajak Bayu untuk review hari pertama ini.

Gue bilang sama dia, bahwa kapal terlalu kecil dan tidak mungkin untuk melaksanakan diving sebanyak 3 kali sehari dengan bawaan beban yang terlalu banyak. Kami ceritakan keadaan kami sepanjang hari tadi kepada Bayu. Gue meminta untuk di sediakan dua kapal untuk besok. Dan meminta untuk disediakan Speed Boat saja, karena lebih cepat dan tidak membuang-buang waktu untuk menuju pulau-pulau yang jauh. Jika keadaan terus begini, kemungkinan besar, banyak teman-teman yang kapok untuk berangkat diving, karena kecapekan ataupun sakit karena terlalu lama terkena angin laut malam.

Chandi dan gue juga mengusulkan untuk membuat 2 group, agar tidak terjadi kekacauan ketika diving. Dan gue meminta makanan siang kami untuk di perbaiki, karena tadi box makan siang kami hanya berisi nasi, 2 potong Ayam kecil dan 1 lembar Timun… *sedih amat yak!* Dan gue meminta agar besok, kami berangkat lebih pagi supaya tidak terlalu siang tiba di site.

Bayu bilang bahwa dia tidak menyangka kalau kapal yang di sediakan sekecil itu, karena dia sudah keburu pergi mengantar tamu waktu kapal kayu itu tiba tadi pagi. Dia terlihat tampak prihatin dengan keadaan kami. Dan kemudian dia menyanggupi untuk menambah kapal besok. Tapi tetap bukan Speed Boat, karena menyewa Speed Boat akan melebihi budget yang ada. Jadi dia bilang, besok dia akan usahakan 1 buah kapal kayu (lagi), yang jalannya lebih cepat (katanya), karena pakai 2 mesin. Dia juga berjanji akan menyediakan box makan siang yang lebih baik. Dan dia juga mengatakan, bahwa besok semua tabung akan sudah siap di pagi hari, jadi kami bisa berangkat lebih pagi.

Gue sempat menanyakan apakah Dewi dan temannya sudah tiba di Cottage, dan menurut Bayu, Dewi sudah tiba tadi sore, dan sudah berada di kamar saat itu.

Okeeee. 2 kapal kayu. Berangkat lebih pagi. Makanan yang lebih baik. Dan dua group yang akan Chandi dan gue atur nanti. Well, buat gue, tampaknya sedikit membantu perjalanan dive trip kami besok.

Malam itu, si Budi bilang, bahwa besok adalah rute ke Maratua. Dia bercerita tentang keadaan laut Maratua dan satu buah site yang bernama Big Fish Country a.k.a CHANNEL…yang katanya arusnya sangat kuat namun berisi berbagai macam kehidupan laut yang kaya.

Begitu mendengar arus, Chandi langsung sumringah dan langsung joget-joget gergaji karena kegirangan (bo’ong ding…bo’ong….ha ha ha ha).

Budi bilang, di CHANNEL kita harus melakukan negative entry, karena arus yang kuat tersebut. Dan masuk ke Channel rencananya akan dilaksanakan pada dive ke 3 besok. Jadi kemungkinan agak sore baru kita bisa masuk Channel, karena menurut Budi, arus di Channel akan sedikit membaik ketika jam 4 atau jam 5 sore. 

Namun karena ada beberapa teman yang belum pernah melakukan negative entry (seperti Bambang, Oom Effendy, Andre, Jess, Agnes, Jupri dll), jadi kami meminta supaya besok, sebelum masuk ke CHANNEL, agar di adakan simulasi dulu di spot-spot sebelumnya. Supaya ketika kita semua memasuki Channel, tidak ada yang tertinggal di atas.

Budi juga mengatakan, bahwa karena besok ada tambahan 2 peserta lagi, yaitu Dewi dan temannya, maka besok dia akan membawa tambahan diveguide. Jadi 2 diveguide di kapal 1 dan 2 diveguide di kapal 2.

Akhirnya setelah berdiskusi panjang lebar dan dengan segala keluh kesah serta janji-janji sudah tersampaikan, maka gue dan teman-teman yang lain bubar. Kembali kepada kesibukan masing-masing.

Malam itu, setelah berembuk dengan Chandi, Andre, Nabir, Raka, Jess dan Ican yang malam itu kembali berkumpul di kamar gue, maka terciptalah 2 group yang besok akan di tempatkan di kedua kapal.


22 Agustus 2012 - Kesal

Pagi-pagi, seperti biasa Chandi udah ngegedor-gedor setiap kamar…seperti orang kebakaran. “MORNING CAAAALLLLL…….MORNING CAAALLLLL!!!”…..

Kami semua langsung melek, kemudian langsung bersiap-siap untuk sarapan.

Sesuai dengan list yang telah kami buat tadi malam untuk pembagian group, maka group hari ini adalah:

Kapal/Group I – Chandi/Nabir/Raka/Oom Effendy/Andre/Ican/Jess/Ven/Mimi
Kapal/Group II – Apaw/Gadis/Jupri/Agnes/Budi Suwito/Susi/Bambang/Dewi/temannya Dewi.

Pagi itu, Bayu hadir untuk melakukan supervisi langsung keberangkatan kami.

Dan hari ini ternyata Dewi dan temannya tidak jadi berangkat bersama kami. Karena katanya Dewi akan ikut group lain dulu.

Tidak terlalu lama kemudian, kedua kapal sudah muncul di dermaga. So far so good lagi.

Jam 8, Setelah loading tabung dan barang selesai, kami pun mulai berlayar menuju Maratua. Kapal hari ini cukup lega, jadi kami akhirnya bisa melakukan setting alat, dan gear-up dengan leluasa.

Tiba di Maratua, hari itu jam 10an.

Tiba di dive site pertama, Budi melakukan Briefing untuk kami semua. Dengan gayanya yang (menurut gue) masih tetap songong, dia memberikan penjelasan yang cukup. Dan dia mengatakan bahwa, nanti setelah dive pertama ini selesai, kami akan di bawa masuk ke Nabucco yang seyogya-nya adalah sebuah Private Island yang cukup terkenal, dan tidak sembarang orang di perbolehkan masuk ke area itu. Dia bilang, bahwa dia pernah kerja di sana, dan Managernya adalah kawan baiknya. Jadi kami di berikan kesempatan untuk bertandang ke Nabucco sambil makan siang.

Kelar Briefing, kami semua pun bersiap untuk turun.


Dive Point I: Lumantang Point – Maratua, 90 bar,  57 menit.
Hari ini kami turun dengan cukup teratur. Budi mengatakan bahwa kami harus melakukan entry bersama-sama. Jadi akhirnya setelah gear-up, kami masing-masing duduk di sisi kapal dan Budi melakukan aba-aba. “One….Two….Threee….Go”…….  *yang akhirnya kata2 ini selalu jadi bahan celaan kami sepanjang waktu*

Di point ini, kembali gue tidak ketemu dengan hal-hal yang menarik. Hanya se-ekor Penyu yang sedang ngelamun sendirian di balik karang.

Gue tidak terlalu excited dengan keadaan sekitar. Hanya karang-karang yang lumayan bagus saja yang bisa di lihat.

Kelar dive pertama ini, kami pun bersiap untuk di bawa ke Nabucco dan makan siang di sana. Kapal mulai berjalan ke arah Nabucco, dan berhenti di laut depan Nabucco. That’s it…….

Lah?? Katanya mau mampir dan makan siang di Nabucco?? Gue bingung……

Akhirnya kami tetap hanya berada di kapal, makan siang, sambil memandang Nabucco pake lensa kamera!

Bokis abis!! *hueeeeekk*

Nabucco in a distance... :P

Sambil kami makan siang, kami melihat sebuah kapal pesiar besar yang berisi para diver. Bernama Panunee. Menurut Budi, kapal itu berasal dari Thailand. Dan hampir setiap bulan pasti memiliki rute keberangkatan ke Derawan. Jadi setiap bulan, para diveguide freelance yang ada di Derawan, sering di panggil untuk membantu para tamu dari Panunee jika kapal itu masuk ke perairan Derawan. Termasuk si Budi ini (katanyaaaaaaaaaaaaaa).

Panunee

Kami semua memandang kapal pesiar besar dan bagus tersebut dengan menitikkan air mata kepedihan. Hikkkssss………seandainyaaa……….

Setelah Surface Interval selesai, kami pun kembali bersiap untuk melakukan dive ke 2.









Dive Point II: Small Fish Country Point – Maratua, 100 bar,  53 menit.
Di sini, kami meminta kembali untuk di laksanakan simulasi negative entry bagi teman-teman yang belum pernah melakukannya. Tapi Budi tidak mengacuhkan. Dan dia tetap meminta kami untuk melakukan entry bersama dari pinggir kapal.

Sekali lagi, kami melakukan entry dengan aba-aba, “One Two Three Go” itu….

Tiba di dalam laut, kami ketemu dengan wall yang agak bagus, tapi (buat gue) tetap tidak ada yang menarik. Jadi kami hanya berjalan-jalan santai sambil menghabiskan udara di tabung.

Yaaaahhh…….at least 1 tabung telah selesai gue sedot dengan sukses.

Kelar dive ke 2, ternyata group di kapal 2 tidak mau melanjutkan diving di Channel. Karena ternyata menurut penghuni kapal 2, kapal kayu tersebut terlalu banyak menghasilkan asap knalpot. Sehingga beberapa teman yang berada di kapal 2, mabuk dan mual karena terkena goncangan laut dan asap yang menggila.
Kapal/Group II yang penuh dengan asap (tak ada yang mau duduk di dalam kapal, semuanya duduk di belakang kapal atau di depan)

Akhirnya semua yang berada di kapal 2 berniat pulang saja ke Derawan, kecuali Bambang……..yang akhirnya pindah ke kapal 1 karena dia sangat bersemangat untuk ikut turun di Channel.

Jam 3.30, kami pun berpisah dengan kapal 2……….mereka berlayar kembali menuju Derawan, sedangkan kami kembali melanjutkan perjalanan ke arah Channel. Jumlah kami sekarang ada 10 orang.

Tiba di Channel, waktu sudah menunjukkan jam 4. Kami semua pun bersiap untuk turun.
Ketika kami sibuk setting alat dan gear-up, kami berpapasan dengan 2 kapal karet cepat milik Panunee yang sedang membawa beberapa diver. Mereka tampaknya juga akan turun di area sekitar situ, namun berhenti dan turun lumayan jauh dari kami. Kami sempat berdadah-dadahan dengan semangat kepada para diver dari Panunee *dalam hati gue…..kalian sungguh sangat beruntung………..hiiikss*

Sambil setting alat, gue melihat ombak laut yang lumayan tinggi. Gue sempat mengatakan kepada 
Nabir….”Ini mah arusnya pasti kenceng banget Bir….”, Nabir mengangguk-angguk setuju.


Dive Point III: Big Fish Country a.k.a CHANNEL– Maratua, 180 bar, 12 menit.
Budi mengatakan bahwa tampaknya sore ini, arus Channel tidak terlalu keras. Dan aman untuk di masuki oleh kami. Berkali-kali dia mengatakan arus ini aman.

Ketika kami semua siap untuk melakukan negative entry, semua BCD sudah di kosongkan, dan semua orang sudah berdebar-debar merasakan arus Channel yang (kata Budi) sangat melegenda itu, kami kembali bersiap di sisi kapal untuk melakukan entry bersama-sama. Kembali mendengarkan aba-aba gak penting itu……….”ONE TWO THREE GO!”………………byuuuurrrrrrr…………….begitu nyampe di dalam air, kamipun semua bubar terpental-pental terseret arus yang sungguh kencang!

Gue yang sudah berusaha mati-matian untuk turun dan melawan arus, namun akhirnya tidak kuasa untuk turun lebih dalam lagi. Gue hanya mampu mencapai 7 meter! Arusnya kenceng banget!!! Serius deh! Selama gue melakukan kegiatan diving, baru kali ini gue merasakan arus sekencang itu. Gue langsung sukses terseret arus dengan kecepatan tinggi.

Sambil terseret arus kencang itu dan berusaha mengaitkan Hook, gue masih sempat melihat Oom Effendy di depan gue yang juga kelabakan karena beliau membawa kamera yang lumayan besar. Namun akhirnya gue melihat Oom Effendy berhasil mengaitkan Hooknya di karang. Dan kemudian Oom Effendy pun menghilang dari jarak pandang gue.

Gue juga berusaha untuk mengaitkan Hook gue ke karang-karang yang ada di sekitar gue…..1 kali Hook, lepas! Terseret lagi. 2 kali Hook, lepas lagi! Keseret makin jauh. 3 kali Hook……akhirnya gue berhasil mengaitkannya ke sebuah karang besar.

Sambil terengah-engah, gue melihat sekeliling, tidak tampak satu pun teman-teman gue ada di sekitar. Visibilitynya juga tidak bagus. Mungkin hanya sekitar 5 meter saja.

Gue kemudian berniat untuk memunculkan kepala gue ke permukaan untuk melihat seberapa jauh gue sudah terseret arus. Gue lepaskan Hook gue, dan gue naik ke permukaan. Ternyata gue sudah agak jauh dari kapal kayu kami. Dalam hati gue waktu itu, “Wah berarti anak-anak pasti tidak terlalu jauh juga dari sini, gue mungkin masih bisa untuk menyusul mereka”. Maka gue kembali bertekad untuk kembali mencoba menyelam.

Begitu gue mencoba untuk turun lagi, gue kembali terseret arus yang semakin kencang. Kali ini tanpa ada kesempatan untuk mengaitkan Hook, gue terpental semakin jauh. Tidak tahu seberapa jauh sudah gue terseret arus, akhirnya gue berhasil mengaitkan Hook gue kembali di karang. Gue terombang-ambing di tengah arus, sendirian.

Dalam pikiran gue waktu itu……….”Gilaaakk….sedih amat kalo akhirnya gue yang gak bisa masuk ke Channel. Masa gue sih yang menghilang sendiri? Cupu beneeeeeeeerrr??” Ini kalo gue terus-terusan terseret arus, bisa-bisa gue nyangsang ke Sulawesi! Masa gue berangkat dari Tarakan, tapi akhirnya beli tiket kepulangan dari Manado? Gak lucu banget!

Saat itu, gue merasa sedih bener. Sendirian, terombang-ambing dan shock karena arus yang sangat keras ini.
Akhirnya setelah menunggu beberapa saat, gue berpikir lagi, “Ah, tampaknya percuma gue usaha untuk tetap turun. Gak bakalan berhasil dengan keadaan seperti ini. Lagipula tidak ada satupun tanda-tanda temen gue yang terlihat sekarang. Sia-sia kalo gue tetep nekad melanjutkan diving. Bisa-bisa besok pagi, ada berita di Koran, “Telah di ketemukan seorang diver cewek nyangsang di Ambon”…………wheewww…….males bener deh.

Akhirnya sambil tetap terseret arus, gue berusaha naik ke permukaan. Begitu tiba di permukaan, gue langsung di terjang ombak yang tinggi. Buseeeeeeeeettttttttt……..

Gue langsung berusaha mencari-cari kapal kayu kami. Dan ternyata kapal kayu kami sudah sangat jauh!!! Gue baru tersadarkan seberapa jauh sudah gue terseret arus. Malang nian nasib mu Mimi….

Gue sempat berteriak untuk memanggil kapal kayu kami, meskipun gue tahu itu sebenarnya sia-sia.

Tapi akhirnya tiba-tiba ada sebuah kapal karet cepat milik Panunee yang melihat gue.
Dengan sigap, si pengemudi kapal, langsung ngebut ke arah gue. Dan akhirnya gue disuruh naik ke kapal karet itu, dan di angkut oleh pengemudinya. Gue mengucapkan terima kasih yang sangat kepada pengemudi kapal karet itu. Yang ternyata dia bisu. Jadi dia tidak bisa berbicara dengan jelas. Rasanya waktu gue di selamatkan itu, kepingin gue peluk tuh si pengemudi. Tapi gue takut nanti dia malah nyeburin gue ke laut lagi, gara-gara gue peluk tiba-tiba….. :D

Untung ada kapal karet Panunee yang sungguh cepat dan sigap. Kalau menunggu kapal kayu itu yang menyelamatkan gue………..weleeehhh………..bisa-bisa besok siang mereka nyampe ke gue, secara itu kapal jalannya lambat bener.

Kapal karet itu kemudian membawa gue kembali ke kapal kayu. Gue sangka, gue adalah korban pertama dari arus Channel ini. Ternyata begitu tiba di kapal kayu, gue melihat Buddy gue, Venita….sudah berberes alat dan tabung. Wah, ternyata I’m not the 1st one.

Tidak lama setelah gue naik ke kapal, salah satu kapal Panunee kembali membawa korban selanjutnya, yaitu Ican, Jess dan Andre. Kemudian, lanjut lagi dengan Nabir dan Raka, lalu Chandi. Semuanya naik ke kapal dengan cerita kekalahan masing-masing. Semuanya mengatakan bahwa arus tadi sungguh sangat tidak diversiawi.

Gue jadi curiga, kok para diver dari Panunee bisa masuk ke Channel? Apakah mungkin site yang tadi kami coba turuni bukan site Channel? Kenapa para diver dari Panunee bisa, tapi kami tidak bisa? Mungkin kah site yang di turuni oleh diver Panunee adalah the real Channel dan site yang kami masuki adalah Mesin Cuci??

Entahlah....

Nabir mengirimkan text ke gue, dan bilang bahwa arus tadi sebenarnya tidak bisa di masuki oleh manusia. Gue sangat setuju.

Cukup lama kami berkumpul di kapal, tapi Oom Effendy dan Bambang belum juga muncul naik ke kapal. Nah loooo kemana nih dua orang ini?? Si Budi dan diveguide lainnya yang masih berada di permukaan air, bulak-balik mencari Oom Effendy dan Bambang.

Lalu gue mendengar si Budi marah-marah di permukaan laut.
“DI BILANGIN LANGSUNG SURUH NAIK PADA GAK MAU NAIK…..MAU PADA MATI APA DI SINI?!?!!!!” amuknya.

Begitu mendengarnya, gue semakin kesal dengan si Budi.

Laahh…yang memberikan kami opsi masuk ke Channel, siapa? Yang mengacuhkan saran kami untuk melakukan simulasi negative entry, siapa? Yang membawa kami ke tempat ini, siapa? Yang mengatakan bahwa arus sore ini aman, siapa?? Apa dia gak tahu kalo orang udah masuk ke kedalaman beberapa meter, tidak bisa langsung naik ke permukaan begitu saja? Pernah dengar yang namanya Decompression Sickness gak sih dia?? Yang mengatakan harus mendengar dan menuruti perintah dia, siapa????

Dia yang menyuruh kami untuk turun disini, seharusnya dia khawatir dan merasa bersalah karena telah bermain-main dengan nyawa orang, dan akibat dari pilihannya dia, kami semua jadi terpental-pental gak karuan. Kok malah dia marah-marah kepada kami??? Dia pikir kami semua Deni Manusia Ikan? Yang bisa turun naik di dalam laut menerjang arus?? Gebleg!!

Gue langsung bertambah geram dengan si Budi. Tapi kegeraman ini, masih tetap gue simpan di hati aja.

Akhirnya tidak jauh dari kapal, muncullah Oom Effendy dan Bambang di permukaan.

Waduh, ternyata……..Bambang dan Oom Effendy sukses mencapai dasar Channel. Canggih!

Terutama Bambang, yang kata Oom Effendy, langsung ngebut begitu tiba di dasar pertama Channel di kedalaman 12 meter. Sungguh sangat Superman si Bambang ini. Diver lain yang levelnya lebih tinggi dan punya pengalaman yang mungkin sedikit lebih banyak dari Bambang, tidak berhasil masuk ke dalam Channel. Nah, Bambang yang masih Open Water, malah sukses sampai di dasar……..dan ngebut!! HUEEBAATTTT!! *tepuk tangan*

Sungguh-sungguh ketiban Beginners Luck si Bambang ini. JAGOAN banget! *sembah sujud kepada Bambang*

Akhirnya kami semua lengkap berada ke kapal. Buat gue dan teman-teman yang lain, ini adalah dive tersingkat yang pernah kami alami. Udara gue aja masih tersisa 180 bar! Gileee….




The Channel dan arusnya yang kayak mesin cuci...
Semuanya merasakan kekecewaan karena tidak berhasil mendarat di Channel dengan sukses. Terutama Chandi, yang pada akhirnya telah bertekad bulat, untuk kembali lagi ke Channel suatu saat nanti, dan berniat untuk berendam tiap hari di sana *ajegileeeee lo Chan* :D

Sore itu pun kapal kami memutarkan arah untuk kembali ke Derawan.

Langit mulai tampak gelap ketika kami belum melewati pulau Maratua.

Tiba-tiba dari arah depan kapal, Andre mengatakan, bahwa kami tidak bisa kembali ke Derawan karena menurut Budi, kapal tidak memunyai penerangan yang cukup untuk berlayar di malam hari dan kemungkinan akan turun hujan badai. Jadi kami harus berhenti di sini dan bermalam di Maratua.

Gue kaget.

Lah….kalo memang kapal ini tidak ada lampu penerangan, kenapa kami di ajak ke Channel? Mbok ya kami di kasih tahu dong kalo kapal ini tidak proper untuk jalan malam. Seharusnya kami di berikan informasi, jadi kami bisa memilih apakah tetap mau ke Channel atau tidak. Tahu begini kan mendingan kami semua tadi balik ke Derawan bersama dengan kapal 2. Dan gue bingungnya, kok kemarin kapal ini bisa kembali ke Derawan dan tiba jam 7 malam di sana?? Aneh bin ajaib.

Sebagian dari kami tidak membawa baju ganti. Tidak punya pakaian dalam. Tidak ada uang, karena hanya Venita dan Ican yang membawa dompet hari itu. Dan kami sudah kedinginan serta kelelahan.

Gue benar-benar bingung dan kesal.

Sambil menuju ke arah Dermaga Maratua, gue mengirimkan sms kepada Bayu. Dan meminta solusi serta pertanggung  jawabannya.

Tiba di Dermaga hari sudah gelap total. Tak lama, Bayu menghubungi gue melalui telepon si Budi.

Dia mengatakan bahwa keadaan ini bukan tanggung jawabnya dan dia tidak bisa memberikan kami solusi apa-apa karena berdasarkan informasi dari si Budi yang mengatakan bahwa niat bermalam di Maratua ini adalah kemauan kami. Gue langsung marah mendengar hal ini.
“Eh Mas, ini bukan kemauan kami untuk bermalam di Maratua. Siapa yang mau untuk mendarat disini? Kita gak bawa apa-apa kesini, baju gak ada, uang gak ada. Kita udah kedinginan nih, capek! Tahu gak! Emangnya kita mau kayak begini!?!”

Bayu langsung menyadari bahwa hal ini bukan kemauan kami. Lalu dia berkata bahwa dia akan segera mengurusnya. Dia akan menghubungi gue kembali secepatnya.

Kami kembali menunggu di Dermaga sambil kedinginan. Tak lama kemudian, Budi memberikan teleponnya lagi kepada gue, kali ini yang berbicara adalah Ruslan a.k.a Yoyok. Yang katanya adalah pengurus penginapan di Cottage kami. Yang tadi juga ikut berada di kapal 2 sebagai diveguide tambahan. Dia langsung memberondong gue dengan pertanyaan:
“Mbak disitu salah satu temannya bukannya bawa GPS? Kan situ punya GPS. Pake itu aja buat pulang ke Derawan”

Gue kembali marah-marah. “Mas! Yang punya GPS itu temen saya, si Yonatan! Dia udah balik ke Derawan dari tadi. Gimana sih ini??? Bukannya Mas tadi sekapal sama dia???”, tanpa ba-bi-bu….si Ruslan hanya diam saja mendengar kata-kata gue, lalu dia menyerahkan handphone kembali ke Bayu. Dari backsound suara di belakang, terdengar suara Bayu, “Eh ada apa ini? Kok di kasih ke saya lagi? Duh, kenapa ke saya lagi???”, demi mendengar kata-kata itu, hati gue semakin panas. Gila aja ini orang pada mau cuci tangan semua. Seandainya gue ada di situ, udah gue kunyah nih manusia satu-satu!

Bayu kemudian mematikan telepon.

Tidak lama kemudian dia kembali menghubungi gue, yang segera di ambil handphone-nya oleh Oom Effendy. Oom Effendy marah-marah kepada Bayu, “Kamu nih gimana sih? You yang atur perjalanan ini, you yang bikin jadwal ini. Tanggung jawab dong!”. Lalu si Bayu meminta hanya untuk berbicara dengan gue.

Setelah gue terima teleponnya, Bayu mengatakan, bahwa, ternyata masalahnya bukan karena kapal tidak punya lampu penerangan malam. Tapi karena nakhoda kapal takut untuk melanjutkan perjalanan, karena menurut si nakhoda akan ada badai. Dan penunjuk arah yang ada di kapal rusak. Dan dia mengatakan, bahwa penginapan dan makan malam serta sarapan kami akan menjadi tanggung jawab dia. Si Budi dan diveguide lain akan mencarikan kamar di rumah penduduk untuk kami bermalam hari ini.

Gue udah gak begitu peduli dia ngomong apa lagi saat itu, yang penting buat gue malam ini, kami tidak terlantar di pulau Maratua. Dan gue tidak mau teman-teman gue mengeluarkan uang sedikit pun untuk akomodasi karena ini bukanlah kemauan kami.

Singkat cerita, akhirnya kami di berikan kamar di salah satu rumah penduduk di sana. Gue, Ven, Oom Effendy, Bambang, Chandi dan Andre…berada di satu penginapan. Sedangkan Ican, Jess, Nabir dan Raka menempati penginapan lainnya.

Malam itu, karena kami semua tidak membawa pakaian, celana pendek, kaos dan pakaian dalam, akhirnya kami membeli dari masyarakat sekitar. Dan tahu gak? Masa gue, Ven dan Jess di berikan celana dalam baru di dalam plastik yang bentuknya sangat cemen dan enggak banget! Dan kami di suruh membayar celana dalam itu, 100 ribu….!!! Gilaakkk!! Emangnya ini celana dalam merk Victoria Secret apa???

Sorry dori mori stroberri….gue gak sudi untuk membayarnya. Biarin aja itu menjadi urusan si Bayu. Bodo amat!
The Victoria Secret ala Maratua *males banget gak sih ngeliatnya* :P
Setelah kami semua selesai bersih-bersih di rumah penduduk itu….kami semua kelaparan. Karena makan malam kami terlalu lama datangnya, maka Oom Effendy berniat untuk mencari makanan untuk kami semua dan bergerilya sendirian di malam hari.

Sedangkan gue akhirnya berniat untuk memasak saja untuk teman-teman gue semuanya. Gue pikir, dari pada gue mesti mendengarkan ocehan si Budi yang songong dan tampak selalu memutar balikkan fakta, mending gue masak aja lah.

Mendinginkan hati gue yang panas.

Sambil memasak, gue berpikir lagi, kenapa kok separah ini ya? Kami kan cuma mau diving doang. Mau seneng-seneng. Kenapa kok malah begini jadinya?

Yang membuat gue KESAL hari ini adalah:
1.     Management, koordinasi yang sangat parah. Tidak tertata dengan baik.
2.     Kebohongan dan kelakuan si Budi yang menyebalkan.
3.     Informasi yang tidak jelas dan kacau balau.
4.     Dan yang paling utama adalah karena kami terdampar dengan sukses di Maratua malam ini.

Di rumah penduduk Maratua
Gue kembali melamun sambil masak Indomie satu panci besar dan Ikan Sarden. Gue jadi gak yakin sama si Bayu, apakah dia pernah mengurus travelling para diver sebelumnya?  Gue pernah membaca di sebuah blog, bahwa Bayu ini memunyai diving license. Dan di panggil Mister Diving oleh si pemilik blog *are you kidding???* Melihat dari cara dia menangani perjalanan kami ini, tampaknya sangat di ragukan kalau dia seorang diver ataupun pernah berurusan dengan travelling para diver.

Tapi kalau memang dia tidak pernah mengurus perjalanan diving, kenapa dia berani mencantumkan list diving di dalam websitenya? Dan kenapa dia menyanggupi untuk mengurus perjalanan ini dengan jumlah peserta yang tidak sedikit?

Dan kenapa dia tidak bertanya dengan detail mengenai cara-cara menangani perjalanan para diver sebelum dia menerima kami di Derawan. Dia pikir diver itu sama dengan snorkeling kali ya?

Ya pasti jelas beda dong. Snorkeling itu gampang. Tinggal pake fins, masker dan snorkel. Seorang Snorkler di tinggal sendiri di pinggir laut juga gak terlalu ribet. Snorkling tanpa perlu segala persiapan dan peralatan berlebih juga bisa di lakukan. Sungguh sangat berbeda dengan diving. Masa dia sebagai seorang diver (katanyaaaa) dan orang yang gue percayakan mengurus perjalanan ini, tidak mengerti akan hal itu? Padahal sudah gue wanti-wanti dari awal....sampai mulut gue berbusa.

Kalau memang dia orang yang sudah biasa menangani urusan travelling di daerah Karimun Jawa, Derawan, Lombok etc (seperti yang dia cantumkan di websitenya), setidaknya dia tahu seperti apa setiap olahraga air itu.

Gue sungguh tidak habis pikir. Semua pertanyaan, jawaban, keraguan dan kecurigaan berkecamuk di kepala gue.

Tapi kemudian gue berpikir lagi, ya sebaiknya gue memang menenangkan diri, dan berusaha untuk bersabar. Karena gue tampaknya tidak bisa memikirkan kekesalan gue saja kepada Bayu dan Budi beserta team mereka, karena ada teman-teman gue yang lain, yang nantinya hal itu akan membuat keadaan makin tidak enak. Sedangkan perjalanan liburan kami ini masih cukup panjang. Jadi sebaiknya gue benar-benar harus menahan diri.

So akhirnya, selesai gue masak, kami pun makan malam bersama sambil bercerita-cerita sampai larut malam.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi ketika akhirnya kami bubar, dan menuju ke tempat tidur masing-masing.

Dalam doa sebelum gue tidur, gue meminta Tuhan untuk membantu gue, dan memberikan gue semangat sampai akhir perjalanan ini. Semoga besok dan selanjutnya, tidak ada lagi hal-hal yang akan membuat kemarahan gue semakin memuncak. Dan semoga kami semua tetap di lindungi, selamat sampai kami selesai perjalanan ini. Amin.

Gue pun tertidur kelelahan….


*To Be Continue lageee*


2 comments:

Anonymous said...

Dive paling sengsara dan riskan...kapal kayu tanpa lifevest, tanpa lampu, sangat labil krn berlebihan muatan, seharusnya penyelengara bisa di tuntut, untung saja semua selamat dan kita tetap Happy dengan sahabat sahabat baru meskipun perjalanan dan dive nya amburadul....apalagi ada jagoan drift baru Bambang Richard...Salam buat semua.

Anonymous said...

KAKAK,,,, YANG POSTING SAYA ERIK AKBAR... DIVE MASTER DI TARAKAN PLIZZ CONTACT GW DI 085247077801 SMS AJAH... SENENG BANGET DENGER CERITA LU.... HAHAHAHA... SERIUS GW TGU SMSNYA

Post a Comment

About Me

My photo
Jakarta, Jakarta, Indonesia

Followers