:: Festival Takabonerate Island Expedition III - 2011 (Part I) ::
Singkat cerita, tanggal 16 November 2011, Nabir dan gue berangkat ke Makassar untuk mengikuti acara Takabonerate Island Expedition III. Niko yang kebetulan sudah hampir sebulan tinggal di Makassar adalah pengundang kami.
Acara ini di adakan oleh Takabonerate Tourism Board, Pemda Sulawesi Selatan sebagai bagian dari promosi pariwisata daerah Sulawesi Selatan terutama untuk kepulauan Takabonerate, Selayar dan sekitarnya. Acara ini sudah kali ketiga di adakan oleh Pemda Sulawesi Selatan. Di mulai dari tahun 2009 yang di ikuti oleh hampir 2000 peserta pada waktu itu. Kemudian lanjut di adakan lagi pada tahun 2010 dan 2011.
Takabone Island Expedition merupakan kegiatan kelautan yang di bagi dalam beberapa event perlombaan, yaitu Lomba Memancing (International Fishing Tournament), Lomba Renang, Jelajah Pulau, Pagelaran Festival Seni dan Budaya, Lomba Dayung, Lomba Photography Bawah Laut, Snorkling dan Diving. Kami ikut di event Diving-nya. Event Diving untuk Expedisi ini di naungi oleh POSSI Sulawesi Selatan. Hebatnya, keseluruhan akomodasi peserta yang datang untuk mengikuti acara ini, di biayai oleh Pemda Sulawesi Selatan. Jadi, kami para peserta hanya bermodalkan tiket pesawat saja CGK-UPG-CGK untuk berkumpul di Makassar, setelah itu akomodasi selanjutya merupakan fasiltas gratis dari Pemda Sulsel. HOW AWESOME WAS THAT?!
So, the story began…
Day 1 – 16th Nov 2011
Menurut berita yang gue cari di internet dan berdasarkan informasi dari Niko, acara ini merupakan perjalanan expedisi yang akan melibatkan banyak peserta dan fasilitas yang seadanya. Jadi sebaiknya kami tidak terlalu membawa banyak barang. Lebih mirip dengan backpackers traveler. Hmm….seumur-umur gue gak pernah menjadi seorang backpacker traveler. Gue bingung, apa aja yang harus gue kurangi dari bawaan travelling gue? Tapi….pada akhirnya, meskipun sudah mengeluarkan beberapa barang dari koper…….bawaan gue tetep tampak tidak “Backpackers”….hahahahha…. *bodoooo deeehh aahhh*
Tampak "Backpacker" gak? :P
Jam 3 siang, gue berangkat dari kantor langsung menuju bandara Soeta. Pesawat kami di jadwalkan berangkat jam 18.20. Janjian sama Nabir ketemu di bandara jam 4 sore. Tiba di bandara, ternyata Nabir belum nyampe, akhirnya gue nunggu di AW Fried Chicken, sambil makan. Lalu gue kembali menunggu Nabir….dan menunggu Nabir….dan menunggu Nabir…..dan menunggu Nabir….
Lah? Si Nabir gak nyampe-nyampe juga ampe jam 5 sore. Gue tiba-tiba langsung mules…dan mulai bete. Kemanaaa nih si Nabir?? Hadeehh… *pelajaran pertama: kalo janjian sama Nabir, jangan berharap bakalan tepat waktu…hahahahh* (pissss Bir….pissssss….wakwkakwkakwakk).
Akhirnya Nabir nongol juga pas jam 5 lewat 25 menit.
Dan ternyata, kami berada di terminal yang salah, dan berhubung pesawat kami jadwal berangkatnya jam 18.20, jadilah kami berdua berlari-larian dengan membawa koper, gear bag dan perintilan lainnya menuju counter Lion Air. Dengan terseok-seok dan kesandung-sandung, gue menarik gembolan berat barang bawaan gue. Wuiihh…..rusuuuhh deh pokoknyaaa…hahahah. Untung akhirnya kami masih bisa check-in. Legaaa…
Dan ternyata lagi, pesawat kami juga delay (as always)….jadi, dengan nafas ngos-ngosan, kami berdua akhirnya nongkrong di ruang merokok, gak mau keluar-keluar…sampai waktunya untuk naik ke pesawat di umumkan. Tiba di dalam pesawat, ternyata penerbangan kami masih juga mengalami delay sekitar 20 menit. Blaahh…
Akhirnya jam 19.30 lewat kami pun mengudara….alhamdullillah…
Setelah terbang selama 2 jam, kami pun mendarat di bandara Sultan Hasanuddin. Jam setempat menunjukkan waktu 22.30 malam. Terlambat jauh dari jadwal awal yang seharusnya tiba jam 20.30. Heheheh…
Setelah urusan ambil bagasi kelar, kita segera mencari taksi dan berangkat menuju hotel kami yang berada di daerah Panakukkang. Sempet pake acara nyasar-nyasar segala, karena kita ikutin peta direction yang dikirimkan oleh Niko…hahahah. Tapi akhirnya kami pun tiba di Hotel Grand Platinum. Lalu setelah selesai urusan check-in dan beres2 sedikit, kita keluar hotel lagi….niatnya untuk mencari ATM dan makan. Baru aja kita keluar jalan kaki menuju jalan raya, ternyata si Niko nyusul. Jadilah kami jalan kaki bertiga mencari makan malem-malem.
Niko yang udah mau sebulan jadi perantauan di Makassar, mengajak kami makan di Mie Titi… (sebenarnya sih karena Mie Titi ini yang masih buka di malam itu. Secara restaurant lainnya udah pada tutup…..jadi gak ada pilihan lain…hehehehhe).
Mie Titi –menurut Niko- adalah Mie yang cukup kondang-markondang di Makassar. Memang sih pas kita dateng kesana, jam malem aja masih banyak orang yang makan di situ. Mie nya seperti I Fu Mie. Mie Keriting yang di siram kuah gitu. Ada beberapa menu lain yang tersedia disana, tapi akhirnya gue memilih Mie Kuah aja…bukan Mie Keritingnya. Dan begitu Mie nya dateng……jenggg jeeeennggg……..Mie-nya banyak banget! Dan mangkoknya gueedeee ajah bookkk! Gue langsung nganga, kaget…
Btw, ini bukan mangkok namanya….tapi baskom… :P
Meskipun udah di bantu makan bareng Nabir….tetep aja itu Mie gak habis….ck ck ck ck…. (gue jadi penasaran, siapa orang yang sanggup makan segitu banyak Mie ya? Giant-nya Nobita? Naruto? Aahh penasaran dehh tuh gue jadinya….).
Sebuah ironi di Mie Titi... :D
Kelar makan di Mie Titi (yang kalo boleh jujur….rasanya…………..rata mirip papan), kami pun jalan kaki lagi melanjutkan perjalanan menuju ATM. Lalu kembali jalan kaki kembali menuju hotel. Tiba di hotel, Niko balik ke rumahnya lalu gue ama Nabir beres-beres dan langsung tepaarrr….kecapekan.
Day 2 – 17th Nov 2011
Pagi-pagi, gue dan Nabir udah riweh berberes. Rencananya hari ini kami akan di ajak oleh panitia Takabonerate untuk diving di Pulau Badi, sebelum memulai perjalanan panjang menuju Selayar dan Takabonerate esok hari.
Kelar makan pagi, kita langsung berangkat menuju Dermaga Penyeberangan Kayu Bangkoa. Jam 8 pagi, kami sudah tiba di dermaga. Jalan masuk ke dermaga tidak terlalu besar dan tampak tersembunyi, namun dermaga ini cukup ramai dan sibuk. Dermaga Kayu Bangkoa ternyata merupakan jalur masuk dan keluar warga Makassar yang bermukim di Pulau Lanyukang, Pulau Sarropo, Pulau Badi, Pulau Samalona, Pulau Kodingareng, Pulau Barang Caddi, Pulau Barrang Lompo dan pulau-pulau sekitar lainnya yang termasuk ke dalam Spermonde Archipelago. Warga dari pulau sekitar Spermonde memanfaatkan dermaga itu untuk mendapatkan kebutuhan pokok sehari-hari seperti pasokan bahan makanan pokok, air minum dan sekaligus menikmati kehidupan kota metropolitan di kota Makassar. Arti Kayu Bangkoa dalam bahasa Indonesia adalah kayu dari Pohon Bakau. Konon beritanya, dermaga itu diberikan nama Kayu Bangkoa karena daerah itu jaman dahulunya merupakan lokasi persinggahan kiriman berupa kayu Bakau. Namun sekarang tidak tampak lagi angkutan kayu Bakau atau kayu-kayu lainnya, tapi lebih banyak warga yang hilir mudik serta kapal-kapal angkutan antar pulau yang berlabuh di pinggiran dermaga.
Dermaga Kayu Bangkoa
Setiba di Kayu Bangkoa, ternyata kami tampaknya kepagian….hehehehe. Karena tidak terlihat satu bentuk peserta diving di sana kecuali kami. Kami pun duduk-duduk di warung kopi yang berjejer di pinggir dermaga, sambil menunggu kelanjutan perjalanan hari ini. Setelah sekitar 35 menit disana, Niko datang…lalu mulai bermunculan peserta lainnya dan kemudian menyusul para panitia Takabonerate. Yaitu, Pak Muchsin Situju…(yuuhhuuu Pak Muchsin….*dadah-dadah* hihihihi) dan Sumarjito, alias Jitho…(yooo Jitho…whatttasssaappp :D).
Selain kami yang akan ikut diving, ada Hernando (Nando) dan Indra Wewe (nama belakang tambahan “Gombel”……………………..piiisssss yoooo! :D) dari Hammerhead Dive, mereka ternyata dari Jakarta juga. Lalu ada Pak Sangari, Ruddy dan Ray dari Manado. Pak Muchsin dan Niko tidak ikut diving hari ini. Jadi total peserta diving hanya ber8.
Sekitar jam 10 lewat, kami pun berangkat menuju Pulau Badi dengan menggunakan kapal Novita Sari…(kelak, kapal ini akan menjadi kapal terpenting, terheboh dan terindah buat kami semua…..hahahahha).
Oia, sekilas info nih….ternyata kapal Novita Sari ini konon legendanya ada sejarahnya looohh….(tau nih bener apa enggak sejarahnya yaaa….). Kenapa di namakan Novita Sari? Karena yang punya kapal itu dulu pernah pacaran sama pacar pertama namanya Novi, lalu pacaran lagi sama Vita….lalu pada akhirnya si Juragan kapal menikah dengan Sari. Jadilah nama-nama wanita yang sangat berpengaruh dalam hidupnya si Juragan itu di jadikan nama kapalnya. Uugghh gak nyangka….seromantis itu ya….. *untung gak ada nama gue disitu….kalo enggak jadi :Novita Sarimi:* (gaaakkk kereeeennnnn yaakkk).
Kapal yang romantis itu.... :D
*btw, kalo cerita ini tidak terbukti kebenarannya…..tolong di abaikan saja :P*
Setelah hampir 45 menit kami berlayar, kami mampir sebentar di Pulau Barrang Lompo untuk menurunkan beberapa penumpang. Lalu Jitho cerita, katanya di Pulau Barrang Lompo ini terdapat jalan yang di beri nama “Lorong Janda”……..*wheewww*. Di Lorong Janda ini, banyak tinggal janda-janda yang para suaminya kebanyakan bekerja sebagai nelayan, telah meninggal akibat melaut. Jadi para janda nelayan tersebut bersatu padu untuk tinggal di satu area, yang akhirnya terkenal dengan nama Lorong Janda itu….hmm… *mungkin gue bisa tinggal di situ suatu saat nanti* (curcoooolll….curcoolllll………..halaahhhh….. :P)
Setelah menurunkan penumpang, kami kembali berlayar. Dan setelah hampir 40 menit kemudian, kami pun tiba di Pulau Badi. 1st dive! Yeaaayyy.....!!
Di Pulau Badi, kami turun 2 kali. Pulau Badi ini terkenal dengan kegiatan Transplantasi Karang Laut-nya. Transplantasi Karang adalah pencangkokan atau pemotongan karang, dengan tujuan untuk mengembalikan kelestarian alam bawah laut di tempat-tempat yang karangnya sudah mulai mati atau hancur di karenakan oleh penjarahan dan perusakan laut. Di sini, karang yang sudah di cangkok akan di rehabilitasi agar karang-karang tersebut dapat tumbuh dan bisa menjadi rumah atau sumber kehidupan bagi hewan-hewan laut lainnya. Karena, laut tanpa karang………ibarat Gurun Pasir Sahara………sepiiiiiiiii dan gersang….mana sudi kita melihat laut Indonesia yang indah dan mewah ini menjadi seperti Gurun Sahara? No waayy….
Di dalam laut, gue melihat beberapa penangkaran Terumbu Karang yang ternyata isinya lumayan banyak. Karang-karang yang masih baru dan mulai tumbuh itu berjejeran di tempat penangkarannya. Salut!
Setelah dive kedua, kami kembali pulang menuju Dermaga Kayu Bangkoa. Tiba di dermaga, udah lumayan sore dan kami sempat menyaksikan Sunset yang cantik. Setelah berlabuh, kami semua sepakat untuk makan malam di restaurant Popsa, yang tidak terlalu jauh dari dermaga.
Sunset yang cantik...
Sambil jalan kaki menuju Popsa, gue dan Nabir sempet melenceng-melenceng dikit masuk ke toko souvenir di pinggir jalan, untuk beli oleh-oleh buat keluarga dan temen-temen di Jakarta (dasar turis….baru hari pertama aja udah belanja oleh-oleh yaaa…paraahhh). Tiba di Popsa, meskipun lelah, namun kami semua makan malam dengan ceria. Pak Muchsin dan Niko juga ikut bergabung.
Setelah makan malam, kita semua bubar, lalu Nabir-Niko-gue, balik ke kediaman masing-masing. Nyampe di hotel, gue dan Nabir memulai rutinitas kami….berberes barang-barang. Hehehehe. Malemnya gue dan Nabir iseng main kartu…Chapsa. Taruhannya, yang kalah jongkok. Hehehheeh….
Lalu Niko pun datang untuk nginep di hotel, supaya besok pagi kita bisa berangkat bareng. Jam 2 pagi, kami semua baru bisa tidur…..lelaahh….
Day 3 – 18th Nov 2011
Pagi-pagi kita udah berkumpul di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Di sana, hampir semua peserta menyelam sudah hadir sambil menunggu keberangkatan. Kami di rencanakan akan berangkat dengan menggunakan bus. Seluruh alat selam kami sudah di bawa dengan jalur laut, dengan memakai kapal Novita Sari. Rencananya, kapal akan bertemu dengan bus, di Selayar. Ada 2 bus yang akan berangkat. Dan ada beberapa peserta juga yang ikut melalui jalur laut bersama kapal Novita Sari. Total jumlah peserta menyelam yang ikut acara Expedisi untuk tahun ini adalah sekitar 75 pax. Jumlah tersebut termasuk sedikit jika di bandingkan dengan jumlah peserta menyelam di Expedisi I dan II. Ternyata hal ini merupakan kesengajaan dari para panitia.
Berdasarkan pengalaman dari Expedisi I dan II, akibat dari terlalu banyaknya peserta, maka banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi sepanjang perjalanan Expedisi I dan II. Dan pada akhirnya, terjadilah ketidakpuasan dari para peserta yang merasa tidak dapat menikmati keindahan alam secara penuh. Oleh sebab itu, demi menjaga kelancaran, kenyamanan dan kepuasan peserta dalam perjalanan serta kegiatan menyelam, maka panitia tahun ini menetapkan untuk membatasi peserta yang ikut serta dalam acara Takabonerate III. Well, I think it’s a good decision :D
Di kantor Dinas Budpar kota Makassar ini kami bersiap-siap sambil berkenalan dengan peserta lainnya. Sambil duduk-duduk, gue memperhatikan bangunan Dinas Budpar ini yang terlihat sangat asri dan lestari. Bertempat di jalan Urip Sumoharjo, kantor ini merupakan bangunan lama peninggalan warisan jaman Belanda dulu yang berfungsi sebagai sekolah MULO, yang di bangun pada tahun 1927. Gedung ini merupakan 1 di antara 9 sekolah MULO yang pernah tercatat dan tersebar di Indonesia. Tujuh di antaranya terdapat di pulau Jawa, satu di Medan dan satu di Makassar. Pada masanya, gedung sekolah ini di maksudkan untuk menjadi tempat pendidikan bagi anak-anak pribumi yang orang tuanya bekerja pada pemerintahan Belanda pada waktu itu. Saat ini gedung bersejarah tersebut telah berganti fungsi sebagai Sulawesi Tourist Information Center Kantor Dinas Pariwisata Sulsel. Duduk dan jalan-jalan di dalam gedung ini, buat gue sangat terasa nilai Historisnya. Karena di Jakarta, kayaknya udah jarang sekali ada gedung-gedung bersejarah seperti ini yang masih terlihat asri dan terawat. Well, di daerah Kota, Beos, Pluit mungkin masih ada beberapa bangunan lama peninggalan Belanda. Namun itupun juga sudah kotor, rusak dan tidak terawat. Sayang sekali yaaa…
Sulawesi Tourist Information Center - Kantor Dinas Pariwisata Sulsel.
Jam 10.00 pagi, kami pun berangkat.
Tujuan pertama: Kepulauan Selayar
Perjalanan menuju Selayar melalui jalan darat, memakan waktu kira-kira 1 hari penuh. Dari kota Makassar, kami menuju Pelabuhan Bira yang berada di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Perjalanan kesana di tempuh dalam waktu sekitar 5 jam.
Pelabuhan Bira
Kemudian setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dengan naik kapal Ferry – KMP Belida, untuk menyeberang ke Selayar. Perjalanan dengan kapal Ferry, memakan waktu sekitar 3 jam.
KMP Belida
We were full of smiles...
Di atas kapal KMP Belida.....merenung, berdoa dan menikmati Sunset
Lalu setelah mendarat di Pelabuhan Pamatata - Kepulauan Selayar, kami harus kembali melanjutkan jalan darat dengan bus menuju kota Kabupaten Kepulauan Selayar selama 2 jam.
Sungguh panjang perjalanan kami hari ini. Dan selama dalam perjalanan di bus, kerjaan gue hanyaaaa……………….tidur, bangun, tidur, makan, bangun, tidur, bangun, tidur, makan…………hahahahhahah……
Oia, selama perjalanan panjang ini, gue juga memperhatikan…banyaaakkkk sekali pohon Mangga. Dari mulai di Makassar sampai dengan tiba di Selayar….tampaknya pohon Mangga selalu ada di hampir setiap rumah penduduk. Gue belum pernah melihat sedemikian banyak pohon Mangga tumbuh di banyak tempat seperti ini kecuali di perkebunannya. Jadi pemandangan yang berkesan aja buat gue…..hehehehe….
Alun-alun Kota Benteng – Ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar
Akhirnya jam 8 malam, kami pun tiba di Kota Benteng – Ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar. Sesampai di sana, kami semua makan malam di Resto Semarang. Kemudian kami sempat mampir ke kantor Dinas Pariwisata Kepulauan Selayar, untuk bertemu dengan Wakil Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat, untuk wacana ramah tamah dan menerima arahan-arahan dari bapak Wakil Kepala Dinas.
Ramah tamah dengan Wakil Kepala Dinas
Setelah itu jam 12 malam, kami menuju ke penginapan setempat, untuk istirahat.
Di dalam kamar, kami (Niko, Nabir dan gue) mulai berberes dan bersih2, dan sempet heboh kocar-kacir bertiga gara-gara di kamar kami ternyata ada beberapa serangga besar yang beterbangan nemplok di mana-mana. Hihiihihih…
It was hilarious…
8:34 PM
|
Labels:
Travelling
|
0 comments:
Post a Comment