:: Buku: Perempuan Berbicara Kretek ::
Gue baru selesai baca buku ini. Dan gue suka sekali membacanya.
Sesuai dengan judul bukunya, semua penulis di buku ini adalah
perempuan yang membahas tentang rokok kretek. Namun bukan berarti bahwa semua
penulis di buku ini adalah perokok.
Di dalam buku ini selain membahas rokok kretek, kita juga di
ajak untuk membuka pikiran dan merenungkan hal-hal lain selain rokok dan
implikasinya kepada masalah umum di Indonesia.
Gue coba mengutip beberapa cuplikan di buku ini:
“Hidup di Indonesia sebagai perempuan dan perokok adalah sebuah dilema. Pertama kami adalah perempuan, kedua kami juga perokok. Pada generasi ibu-ibu kami, kami diberitahu bahwa perempuan yang merokok adalah tabu, perempuan yang merokok adalah pelacur, perempuan yang merokok adalah perempuan yang tidak baik. Maka dari itu ketika kami merokok di depan umum, semua orang memandang kami dengan sebelah mata.
Ketika seorang laki-laki merokok di Indonesia, hal ini
dipandang lumrah dan dipandang sebagai bagian dari kehidupan sosial dan budaya
kami. Perempuan yang merokok tidak memiliki tempatnya dalam tatanan sosial kami.
Perempuan yang merokok di anggap aneh, di anggap nyeleneh. Padahal kebanyakan
dari produksi kretek di negara kami, semua di linting satu per satu oleh tangan
buruh rokok kretek yang cekatan dan hampir semuanya perempuan”
Perempuan Juga (berhak) Merokok – Astrid Reza
“Sepatutnya kita – baik perokok maupun bukan- yang hidup di
negeri ini bersyukur atas limpahan berkah yang terberi pada negeri tropis
ini. Memang kita tak punya salju yang
meromantiskan Natal atau memberi kesempatan memakai jaket bulu sering-sering.
Tapi kita punya deretan pantai hijau dan biru dimana air dari gunung-menggunung
bermuara setelah melintasi rimbunnya hutan. Iklim yang hanya dua ternyata memungkinkan beragam tanaman tumbuh sehat di tanah ini. Serta kebudayaan-kebudayaan yang sulit di cari kembarannya di tempat lain. Kretek
adalah salah satunya. Lantas kenapa ia hendak di singkirkan, bahkan dari
ingatan? Apa salah tembakau, cengkeh dan para penanamnya?”
Candu Jawa – Abmi Handayani
“Kamu yakin asap rokok lebih bahaya di banding asap knalpot?”,
Aku diam. “Lu tahu sendiri jika gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber
polusi udara mencapai 60-70 persen. Industri biasa yang hanya menyumbang polusi
sekitar 10-15 persen dan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah,
kebakaran hutan. Bayangin rokok cuma berapa persen?” Anehnya justru rokok yang
di ributkan.”
“Asap mobil di vonis sebagai asap yang paling berbahaya dan
menimbulkan penyakit kronis pada manusia. Kandungan berbagai jenis bahan kimia
dalam asap dapat merusak sel-sel otak dan memicu berbagai penyakit, terutama
kanker. “Nah, jadi kalau ada masyarakat
kita kejangkitan kanker, perempuan mandul, gangguan janin. Apa enggak aneh
kalau yang di salahkan rokok?”
Kota Gila – Atika
“Saat kita mengutuk para perokok karena menganggap mereka
telah menyebarkan bibit penyakit bernama asap rokok. Mendakwah rokok adalah
penyebab utama segala masalah kesehatan. Sudahkah kita tahu dan sadar tentang
segala makanan yang masuk ke dalam mulut kita sehari-hari? Adakah di dalamnya
kandungan Monosodium Glutamat (MSG), pewarna buatan, zat perasa buatan, pemanis
buatan dan macam-macam bahan lain yang berefek buruk pada kesehatan. Atau
memang benar-benar tidak tahu bahwa zat-zat tersebut berakibat buruk terhadap
kesehatan?
“Orang berbondong-bondong menghakimi bahwa rokok adalah
satu-satunya barang yang harus di lenyapkan. Pernahkah terlintas dalam pikiran
tentang pestisida yang di semprotkan pada sayuran yang kita makan, segala macam
bentuk obat nyamuk yang asapnya tercium dan masuk dalam saluran nafas kita,
juga asap dari kendaraan bermotor.”
“Dunia sudah sesak dengan menghakimi dan di hakimi. Tetapi
apakah orang-orang itu tahu betul, apa yang di hakiminya? Atau sekedar
ikut-ikutan untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan dan menjadi nilai
jualnya dalam pergaulan? Banyak hal yang menjadi alasan mengapa orang memilih
rokok. Sama banyaknya alasan seperti mengapa para wanita tergila-gila dan
berbondong-bondong memiliki tas Birkin Hermes atau stiletto Dolce&Gabbana.”
Berdamai dengan Perbedaan – Rina Werdayanti
“Kehidupan para perempuan buruh rokok yang melinting tidak
mengenal lelah mengejar target demi mencukupi keluarga. Mungkin mereka tidak
menyadari begitu pelik masalah yang akan di timbulkan oleh keputusan pemerintah
dengan menaikan harga cukai rokok. Di depan mereka akan muncul banyak hambatan
untuk menjalani hidup. Prihatin sekali menjelaskan, kenaikan cukai rokok ini
sangat berimbas sekali kepada buruh tenaga Sigaret Kretek Tangan (SKT) karena
cukai SKT inilah yang mengalami kenaikan lebih tinggi dari Sigaret Kretek Mesin
(SKM). SKT sejak 1 Nopember naik sebesar 9,3 persen, sedangkan SKM hanya naik
sebesar 4,8 persen.
Dari data ini seolah-olah pemerintah mematikan sektor industri
rokok kecil yang mencakup masyarakat berpendidikan rendah dengan mayoritas
perempuan. Otomatis pemerintah sendiri yang menambah jerat kemiskinan yang ada
di negara kita ini. Bermaksud mengurangi konsumsi tembakau rakyat Indonesia dengan
meninggikan cukai rokok malah ujung-ujungnya menambah pengangguran. Itulah
imbas dari keputusan pemerintah yang salah sasaran dan tanpa ada penelusuran
akibat keputusan tersebut. Apa yang dipikirkan pemerintah padahal jika
dibandingkan asap knalpot kendaraan, asap tembakau lebih sedikit yang di
hasilkan? Kenapa pemerintah tidak mengawasi uji gas emisi yang dikeluarkan
kendaraan bermotor saja?”
Perempuan Perkasa di Pabrik Rokok - Natalia
Untuk menyambut Hari Anti Tembakau Sedunia, yang kebetulan jatuh di tanggal 31 Mei 2012 (hari ini), mari kita baca sekilas berita dari kota Surabaya:
Berita detikcom per hari ini:
http://surabaya.detik.com/read/2012/05/31/132249/1929380/466/hari-anti-tembakau-cara-ampuh-bunuh-petani-indonesia?y991101465
Kembali ke pokok buku Perempuan Berbicara Kretek, tadi. Menurut gue, buku ini bukan lah sebuah pembenaran dan pembelaan
bagi para perokok. Dan bukan pula sebuah protes penolakan untuk “Anti Rokok”. Tapi
buku ini adalah sebuah kumpulan cerita serta pandangan sosial tentang emansipasi
perempuan akan stigma, mitos, historis budaya dan realita saat ini. Para
penulisnya mencoba memberikan pencerahan dan pemahaman lebih dalam mengenai rokok
dan revolusinya.
Bahwa rokok itu adalah nafkah bagi para pekerjanya, merokok
itu adalah kenikmatan, perokok adalah pilihan asasi dan nyawa itu ada di tangan
Tuhan.
...............cesssss............ *bakar rokok*
10:43 AM
|
Labels:
Books
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
saya juga baru beli buku permpuan berbicara kretek. keren bukunya. membuka wawasan. salam kenal mbak.
Salam kenal juga Edy :)
Post a Comment